Labuhanbatu_news

Situs Pribadi (Memuat Berita-Berita Seputar Labuhanbatu)

Google

30 Juli 2007

Pelaku UKM Butuhkan Kucuran Modal Usaha


Pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di sektor Industri Pembuatan Batubata di Labuhanbatu membutuhkan kucuran permodalan.
Tak banyak warga Labuhanbatu yang mengetahui secara persis eksistensi Kelurahan Danau Bale A, B dan C di kecamatanRantau Selatan-Labuhanbatu dan masyarakatnya sebagai daerah yang merupakan dan memiliki peran penting dalam pembangunan berbagai infrastruktur di daerah penghasil Sawit dan Karet itu.
Pasalnya, sektor usaha yang lebih dominan digeluti oleh masyarakat setempat sebagai pelaku usaha pembuatan (kilang) batubata yang mampu menyerap banyak tenaga kerja tersebut, tapi, dikesebalik itu, banyak pula yang terbentur perputaran financial. Sebab, dalam rotasi memproduksi batubata mulai dari pengolahan bahan dasar hingga menghasilkan barang siap jual, membutuhkan waktu yang relatif lama.
Ambil contoh, proses pengolahan tanah liat sebagai bahan dasar agar mudah dirangkai, yang disebut dengan istilah cetor itu, dengan volume kolam berukuran 3 x 3 meter dalam memproduksi takkurang dari 20-an ribu batang batubata, membutuhkan waktu 2 hari. Sedangkan tahap selanjutnya, dalam proses cetak, setiap pekerja dengan upah Rp 22 per batang, maksimal hanya mampu produksi 1000 batang perhari.
Usai tahap ini, selanjutnya dilakukan penjemuran material secara manual yang hanya memanfaatkan dan tergantung pada cuaca cerah dengan tergantung pada panas terik matahari, dibutuhkan waktu dengan tenggat waktu satu minggu hingga kekerasan cetakan dapat dibakar.
“Upah pekerja dalam mencetak bata Rp 22 perbatang, sedangkan dalam tahapan penjemuran tergantung kondisi cuaca bahkan hingga sepekan”, terang Waliyem(40) salah seorang pekerja pada salah satu kilang batubata di daerah itu , Minggu(29/7) lalu.
Hasil kerjanya, aku Waliyem hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya secara pas-pasan.
Sedangkan Suriadi(60) pekerja lainnya mengakui upah yang mesti dikeluarkan dalam memproduksi batubata hingga pra pembakaran di tungku mencapai Rp 100 perbatang, dengan perincian upah karyawan dari tahap cetor, cetak, jemur, salir, hingga pembakaran mencapai Rp 60 perbatang. Sedangkan cost lainnya, yakni pembuatan petak tungku, kayu bakar, hingga pembongkaran masing-masing mencapai Rp 10 perbatang.
“Dalam sekali produksi takkurang membutuhkan waktu selama 1 bulan, dari usaha itu untung dari memproduksi batubata tipis, hanya sekitar Rp 40 perbatang, sedangkan harga jual kepada konsumen Rp 280 perbatang, belum dipotong ongkos kirim kealamat pembeli”, terang Suriadi.
Tapi, jelasnya, untuk ketiga kelurahan di daerah itu, masyarakatnya dominan menekuni usaha kilang batubata. “Di daerah ini keterdapatan kilang batubata takkurang dari 150 lokasi, dengan kapasitas produksi bervariasi”, tuturnya.
Masalah pemasaran keluaran produksi kilangnya, Suriadi tidak merasa khawatir, sebab banyak para pembeli yang datang langsung ke tempat usahanya, terlebih lagi pada musim-musim pelelangan proyek pemerintah. “Kalau musim pengerjaan proyek Pemerintah pesanan batubata terus meningkat, hanya saja tergantung faktor cuaca, bahkan pembeli yang datang selain dari para pemilik/pengusaha panglong, juga banyak yang datang dari luar kota Rantauprapat”, jelasnya.
Tak hanya di sektor pertanian kerap terjadi istilah ijon, pada usaha kilang batubata juga terjadi hal serupa, hanya saja polanya berbeda, yakni imbuh Suriadi dengan sistem pembelian batubata dengan uang panjar didepan, sebab, kebanyakan para pelaku produksi batubata lemah dalam manajemen permodalan. “Kami hanya untuk memenuhi biaya kebutuhan sehari-hari, sehingga hasil penjualan batubata terkandang langsung habis untuk biaya keluarga, alhasil dalam memproduksi pada jadwal selanjutnya sering memanfaatkan pinjaman modal dengan sistem uang panjar pembelian batubata, dengan pola ini biasanya harga jual jauh lebih murah”, paparnya.
Suriadi, teramat merindukan adanya perhatian Pemerintah setempat dalam memberikan pelatihan-pelatihan usaha dalam peningkatan sumber daya manusia(SDM) dan juga bantuan pinjaman usaha secara lunak, sehingga dalam mengelola usaha dapat lebih profesional. “Kami sangat mengharapkan kepada pemerintah agar bersedia memberikan pinjaman modal usaha secara lunak, demi menopang usaha yang sering kekurangan dalam permodalan”, harapnya.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda