Labuhanbatu_news

Situs Pribadi (Memuat Berita-Berita Seputar Labuhanbatu)

Google

09 November 2007

Hari jadi Pemerintahan Labuhanbatu laik dipertanyakan

Napak Tilas Sejarah
Daerah Labuhanbatu Dibutuhkan

Pelaksanaan Hari jadi Pemerintahan Labuhanbatu yang sesuai keputusan DPDR setempat dengan nomor 08/1998 tentang penetapan hari jadi pemerintahan kabupaten Labuhanbatu, masih laik dipertanyakan.
Pasalnya, resepsi hari jadi merupakan ‘pesta’ pemerintahan setempat, bukan berkaitan dengan hari jadi daerah teritorialnya. Padahal, sejatinya yang merayakan hari jadi seperti itu adalah daerah, bukan pemerintahan. Ambil contoh, Medan, perayaan yang dilakukan adalah hari jadi kota Medan bukan pemeintahan kota, malah untuk skala nasional, hal itu juga terlihat jelas pada perayaan hari kemerdekaan Republlik Indonesia yang selalu diperingati setiap 17 Agustusan. Hari bersejarah itu bukan ditandai sebagai hari jadi pemerintahan Indonesia, namun merupakan hari jadi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI). Demikian dikatakan Syamsul Bahri Siregar, ketua Forum Seni budaya DAerah Labuhanbatu, Jumat(9/11), di Rantauprapat.
“Memang Pemkab Labuhanbatu yang menjalankan roda pemerintahan. Namun, daerah teritorial yang memiliki sejarah yang sejatinya lebih diutamakan untuk diperingati. Tidak ada salahnya Pemkab Labuhanbatu merayakan hari jadi, tapi, juga mesti melakukan napak tilas tentang sejarah daerah Labuhanbatu. Kan, sebelum adanya pemerintahan Labuhanbatu, didaerah yang dahulunya merupakan keresidenan Asahan-Labuhanbatu ini telah ada pemerintahan, baik pemerintahan colonial, atau pemerintahan yang bersifat kerajaan dan kesultanan,” jelasnya.
Maka tak heran, tegasnya, banyak generasi muda Labuhanbatu tidak mengetahui tentang sejarah daerah Labuhanbatu yang dahulunya memiliki beberapa pemerintahan kerajaan. “Bila Pemerintah tidak segera melakukan penggalian sejarah dan lebih mempublikasikannya kepada generasi muda setempat, tidak tertutup kemungkinan akan terjadi perkaburan dan hilangnya ‘tapak-tapak’ sejarah yang ada. Semisal, cagar budaya yang ada di kota Rantauprapat seperti bangunan Masjid Agung dan gedung sekolah SKM Negeri 1 yang berada di kawasan jalan A Yani, Rantauprapat, diduga kuat banyaknya masyarakat atau generasi muda yang tidak mengetahui masa pembangunannya dan pelopor pendiriannya. Bukan tidak mungkin, kedepan, karena tidak mengetahui nilai-nilai sejarah tersebut, berbagai cagar budaya yang ada akan ‘disulap’ dan dikonversi menjadi pemanfaatan gedung lainnya,” ulasnya.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda