Labuhanbatu_news

Situs Pribadi (Memuat Berita-Berita Seputar Labuhanbatu)

Google

08 September 2007

Sawit Mendominasi, Padi Labuhanbatu pun Kian Menurun

Labuhanbatu sebagai sentra penghasil komoditi padi, namun belakangan waktu terus mengalami penurunan produksinya dari tahun ke tahun. Pasalnya, kini masyarakat setempat lebih memilih mengkonversi lahan persawahannya menjadi lahan perkebunan Sawit. Hal itu indikasi dari prospeknya, lebih menjanjikan dibanding mempertahankan membudidayakan Padi di persawahan.
"Dari data statistik yang ada, sejak tahun 1999 hingga 2006 lalu menunjukkan produksi padi di daerah ini terus mengalami penurunan. Jika tahun 1999 lalu Labuhanbatu masih bisa menghasilkan 345.147 ton padi, tahun 2006 tinggal 281.145 ton," jelas Nizamuddin, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Labuhanbatu, Rabu(5/9) di ruang kerjanya.
Jika dikonversi menjadi beras, jelas Nizamuddin, 281.145 ton padi itu hanya bisa menghasilkan beras 175.153 ton. "Hitungannya produksi padi menjadi beras mengalami penyusutan 62.30 persen. Jadi, data terakhir, beras yang dihasilkan dari padi di kawasan ini mencapai 175.153 ton," tegasnya.
Sejauh ini, jumlah beras itu memang masih mencukupi untuk kebutuhan rumah tangga di Labuhanbatu. Dengan kata lain, produksi padi petani Labuhanbatu masih bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga untuk daerah itu. Sebab, masih berdasarkan data BPS, untuk tahun 2006, kebutuhan konsumsi beras untuk Labuhanbatu mencapai 98.321 ton per tahun dari jumlah penduduk 987.157 jiwa. "Berarti memang masih ada surplus sebesar 76.832 ton. Namun, angka itu belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan beras untuk industri, pakan ternak dan lain-lain. Jadi, baru kebutuhan rumah tangga saja yang bisa dipenuhi," urainya.
Bahkan, dikhawatirkan apabila produksi padi ini terus mengalami penurunan seperti yang menjadi trend sejak tahun 1999 lalu, bukan tidak mungkin untuk memenuhi kebutuhan beras rumah tangga saja pun tak mencukupi lagi. Sebab, angka pertumbuhan penduduk terus mengalamai kenaikan, sementara produksi padi dari petani justru terus menurun. "Ya, kemungkinan terjadinya ketidakmampuan swassembada beras di daerah ini sangat terbuka lebar. Itu jika kita menilik kepada data statistik kenaikan jumlah penduduk dan penurunan produksi padi tiap tahunnya," jelas Nizamuddin.
Sementara itu, di tempat terpisah, Ricardo Barus Ketua Komisi B DPRD Labuhanbatu yang membidangi masalah pertanian, mengakui kondisi penurunan padi itu merupakan sesuatu yang mengkhawatirkan. Namun, pihaknya pun tak bisa berbuat banyak.
Pasalnya, lahan persawahan di daerah ini mutlak milik petani, dan bukan lahan milik pemerintah. "Jadi, kita pun tak bisa memaksa petani untuk terus menanam padi. Karena petani merasa lebih menguntungkan untuk menanam sawit, makanya mereka mulai meninggalkan menanam padi. Itulah yang menyebabkan produksi padi di daerah ini terus menurun," ujar Ricardo didampingi anggota Komisi B lainnya, Syarifuddin Tanjung, di gedung DPRD Labuhanbatu.
Begitupun, imbuhnya, pihak DPRD Labuhanbatu akan tetap berupaya meningkatkan kemampuan petani untuk menaikkan produksi padi. Konseptualnya, katanya, dengan meningkatkan dana APBD di sektor pertanian. Dari peningkatan dana tersebut diharapkan petani tidak terlalu terbebani dengan harga gabah yang tidak menentu. Selain itu, melalui Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian, petani sawah di Labuhanbatu juga terus diberikan penyuluhan untuk meningkatkan hasil tanamnya.
Serta, ujarnya, akan menerima instrumen adanya pengesahan Rancangan Undang-undang Lahan Pertanian Pangan Abadi(RUU LPPA), sebagai pedoman penciptaan dan mempertahankan lahan pertanian di Labuhanbatu . "Bila memang nantinya dijadikan Lembaran Negara, kita siap menjadikannya sebagai acuan dalam mempertahankan lahan pertanian di Labuhanbatu," tandasnya.

Tabel Produksi Padi di Labuhan Batu
Tahun Jumlah (Ton)
1999 345.127
2000 315.678
2001 278.113
2002 379.000
2003 356.906
2004 365.563
2005 385.179
2006 281.145

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda