Labuhanbatu_news

Situs Pribadi (Memuat Berita-Berita Seputar Labuhanbatu)

Google

19 November 2007

Minim Infrastruktur Jalan Hambat Produksi Pangan

* Pola Tata Air Mikro Mampu Tingkatkan Hasil Pertanian

Minimnya infrastruktur jalan darat penghambat produksi pangan diLabuhanbatu. Pasalnya, daerah-daerah sentra penghasil pangan diLabuhanbatu yang dominan berlokasi di pesisir pantai, masihketerbatasan sarana dan prasarana transportasi. Padahal, daerahpesirir yang terkenal memiliki luas lahan pertanian. Terlebih lagi,dengan terlaksanannya program Tata Air Mikro yang mampu mengatur poladistribusi air ke lahan-lahan pertanian yang sebelumnya dengan polatanam tadah hujan.Hal itu dikatakan Siswoyo ketua kelompok tani (koptan) Rezeki Tani,Desa Sei Kasih, Bilah hilir, Labuhanbatu yangdidampingi Hamdani, sekretaris koptan tersebut, Senin (19/11) dikesetretariatan Pemkab Labuhanbatu.Katanya, penghambat peningkatan hasil produksi pertanian dari daerahitu disebabkan kurangnya perhatian pihak Pemkab Labuhanbatu ataupunpihak Pemprovsu untuk menambah laju mutu jalan darat dari dan kedaerah-daerah sentra pangan. "Kami masih merasa terlalu susah membawaproduksi pertanian keluar dan mengimport berbagai alat mesin pertanian(alsintan). Padahal, dengan adanya transportasi yang memadai, secarapasti akan dapat merangsang para petani untuk mengkelola lahanpertaniannya," terangnya.Dikatakannya, dengan pola Tata Air mikro yang telah diterapkankelompok tani mereka yang beranggotakan tak kurang dari 25 orang itu,telah mampu meningkatkan laju produksi lahan pertanian mereka, darisebelumnya seluas 300-an hektar, dengan pola musim tanam(MT) sekalisetahun dengan penanaman padi varietas ciarang hanya mampu memproduksipadi 3,5 ton perhektar. Selanjutnya, dengan pola tata air mikromenjadi 2 MT pertahun dengan produksi 4,5 ton perhektar. "Manfaatmenerapkan pola tata air mikro dapat menyuplai air ke lahan-lahanpertanian. Sehingga, secara pasti jadwal penanaman dapat ditingkatkan, serta hasil produksi juga meningkat," bebernya. Polatersebut, katanya, telah dilakukan sejak tahun 2004, dengan swadayamasyarakat petani setempat dengan memasang pintu klep yang mengaturdan memanfaatkan air dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Bilah. Daripenerapan pola itu, ujar Siswoyo, pada hari Jumat tertanggal 16Nopember barusan, dari 5 koptan se Indonesia, yakni petani dari Rokanhilir, Riau, koptan dari Kutai Timur, Kalsel, koptan dari OganKomering Ilir (OKI), Sumsel, dan koptan Barito Kuala, Kalsel sertakoptan Rezeki Tani , sebagai perwakilan petani se Sumatera Utara telahmenerima penghargaan langsung dari Presiden RI Susilo BambangYudhoyono (SBY). "Kita mewakili Sumut telah diundang Presiden SBYuntuk menerima penghargaan, baik piagam ataupun trophy, serta voucherberupa satu unit alsintan handtractor. Setelah dinilai berhasilmenerapkan pola Tata Air mikro untuk lahan pertanian," bebernya.Namun, kedepan, akunya, mengharapkan kepada pihak Pemkab Labuhanbatudan pemerintahan, agar lebih dapat memprogramkan peningkatan mutujalan darat, sehingga, dengan peningkatannya serta penerapan berbagaipola-pola dan jadwal tanam pertanian akan mampu menggembalikankejayaan Labuhanbatu sebagai daerah yang mampu surplus dari pangan."Memang, kendala di lapangan yang terasa adalah seringnya muncul hamakeong mas. Tapi, hal itu tidak terlalu dipermasalahkan, sebab dapatdiantisipasi dengan menerapkan pola bebeknisasi, yaitu mengkelolalahan pertanian disertai dengan menerapkan peternakan bebek yang dapatmenekan laju pertumbuhan keong mas. Tapi, bila produksi lahanpertanian di Labuhanbatu dapat ditingkatkan, bukan tidak mungkindaerah ini akan kembali memiliki keharuman nama sebagai daerah yangmampu mensuplai beras. Akhirnya, Labuhanbatu tidak lagi dikatakansebagai pemilik beras dan Asahan Tanjung Balai punya nama," paparnya.Lahan PertanianSebab, Labuhanbatu sebagai sentra penghasil komoditi padi, namunbelakangan waktu terus mengalami penurunan produksinya dari tahun ketahun. Pasalnya, kini masyarakat setempat lebih memilih mengkonversilahan persawahannya menjadi lahan perkebunan Sawit. Hal itu indikasidari prospeknya, lebih menjanjikan dibanding mempertahankanmembudidayakan Padi di persawahan. Dari data statistik yang ada, sejaktahun 1999 hingga 2006 lalu menunjukkan produksi padi di daerah initerus mengalami penurunan. Jika tahun 1999 lalu Labuhanbatu masih bisamenghasilkan 345.147 ton padi, tahun 2006 tinggal 281.145 ton.Jika dikonversi menjadi beras, jelas Nizamuddin, 281.145 ton padi ituhanya bisa menghasilkan beras 175.153 ton. "Hitungannya produksi padimenjadi beras mengalami penyusutan 62.30 persen. Jadi, data terakhir,beras yang dihasilkan dari padi di kawasan ini mencapai 175.153 ton,"tegasnya. Sejauh ini, jumlah beras itu memang masih mencukupi untukkebutuhan rumah tangga di Labuhanbatu. Dengan kata lain, produksi padipetani Labuhanbatu masih bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga untukdaerah itu. Sebab, masih berdasarkan data BPS, untuk tahun 2006,kebutuhan konsumsi beras untuk Labuhanbatu mencapai 98.321 ton pertahun dari jumlah penduduk 987.157 jiwa. Berarti memang masih adasurplus sebesar 76.832 ton. Namun, angka itu belum mencukupi untukmemenuhi kebutuhan beras untuk industri, pakan ternak dan lain-lain.Jadi, baru kebutuhan rumah tangga saja yang bisa dipenuhi. Bahkan, dikhawatirkan apabila produksi padi ini terusmengalami penurunan seperti yang menjadi trend sejak tahun 1999 lalu,bukan tidak mungkin untuk memenuhi kebutuhan beras rumah tangga sajapun tak mencukupi lagi. Sebab, angka pertumbuhan penduduk terusmengalamai kenaikan, sementara produksi padi dari petani justru terusmenurun.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda